Uji Identifikasi Farmakognostik Tumbuhan Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) asal Kalimantan Tengah

Pharmacognostic Identification Test of Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) Plants from Central Kalimantan

Authors

  • Akhmad Khadafi Saputra Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Keywords:

Sangkareho, Farmakognostik, Parameter Spesifik, Parameter Non Spesifik, Kromatografi Lapis Tipis

Abstract

Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) merupakan salah satu tumbuhan herbal di Kalimantan Tengah yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional, yakni berkhasiat sebagai obat luka dan obat pendarahan pasca melahirkan. Masih belum banyak penelitian secara khusus yang dapat memberikan informasi ilmiah dari tumbuhan Sangkareho yang berkhasiat sebagai obat tradisional. Sebagai upaya untuk dapat memberikan informasi ilmiah dari tumbuhan Sangkareho maka dilakukan kajian farmakognostik terhadap tumbuhan Sangkareho. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah mengenai gambaran farmakognostik tumbuhan Sangkareho yang berupa analisis parameter spesifik, analisis parameter non spesifik, dan uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis parameter spesifik meliputi pemeriksaan morfologi, pemeriksaan anatomi, pemeriksaan organoleptik, dan uji identifikasi senyawa kimia. Sedangkan analisis parameter non spesifik meliputi penetapan susut pengeringan, penetapan bahan organik asing, penetapan kadar sari larut air, penetapan kadar sari larut etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut asam, dan penetapan kadar abu larut air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen atau percobaan dengan pendekatan laboratorium yang dilakukan dengan serangkaian pengujian. Tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah tumbuhan Sangkareho yang diperoleh dari Desa Tumbang Bantian Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil pemeriksaan morfologi menunjukkan daun Sangkareho merupakan daun yang tidak lengkap dan termasuk daun majemuk. Bangun daun berbentuk memanjang, ujung daun meruncing, dan pangkal daun meruncing dengan tepi daun yang bergiri. Daun tumbuhan ini mempunyai tulang daun yang menyirip, daging daun tipis dan lunak dengan permukaan daun yang berbulu. Batang Sangkareho merupakan batang berkayu yang berbentuk bulat dengan permukaan batang yang berambut. Arah tumbuh batang tegak lurus, dan arah tumbuh cabang condong ke atas. Percabangan pada batang Sangkareho termasuk percabangan monopodial dan sistem perakaran pada akar Sangkareho termasuk dalam sistem akar tunggang. Hasil pemeriksaan anatomi Sangkareho menunjukkan pada penampang melintang daun terdapat jaringan epidermis atas, epidermis bawah, trikomata pada epidermis atas, berkas pembuluh, dan kristal kalsium oksalat. Pada penampang membujur daun terdapat jaringan epidermis, berkas pembuluh, stomata, dan kristal kalsium oksalat. Pada penampang melintang batang terdapat trikomata, jaringan epidermis, korteks, kristal kalsium oksalat, sel gabus (empulur), dan berkas pembuluh. Pada penampang membujur batang terdapat trikomata, epidermis, kristal kalsium oksalat, sel gabus (empulur), dan berkas pembuluh. Pada penampang melintang akar terdapat epidermis, korteks, xylem dan floem. Pada penampang membujur akar terdapat epidermis dan berkas pembuluh. Hasil pemeriksaan organoleptik Sangkareho menunjukkan bahwa daun berwarna hijau, dengan bau yang khas dan rasa yang pahit. Batang berwarna hijau, dengan bau yang khas dan rasa yang pahit. Akar berwarna cokelat, dengan bau yang khas, dan rasa yang pahit. Hasil uji identifikasi senyawa kimia menunjukkan daun Sangkareho positif mengandung alkaloid, flavonoid, dan steroid. Hasil analisis parameter non spesifik simplisia daun Sangkareho diperoleh persentase susut pengeringan sebesar 8,36%, persentase bahan organik asing sebesar 0,001%, kadar sari larut air sebesar 11,08%, kadar sari larut etanol sebesar 6,93%,  kadar abu total sebesar 8,09%, kadar abu tidak larut asam sebesar 2,43%, dan kadar abu larut air sebesar 4,97%. Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak etanol, fraksi kloroform dan fraksi etil asetat daun Sangkareho menunjukkan hasil yang baik pada eluen non polar (n-heksan : etil asetat) dengan perbandingan 8:2; 7:3; dan 6:4 serta didapat nilai Rf yang bervariasi untuk tiap-tiap perbandingan eluen.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Parameter Standar Umum Pembuatan Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Handayani, Rezqi. 2015. Uji Identifikasi Farmakognostik Tumbuhan Hati Tanah Asal Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah. Palangkaraya : Jurnal Surya Medika Vol. 1 No. 1 Hal. 53-61. 2015.
Hariana, A.H. 2004. Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya. Dalam Takoy, Damianus, M., Riza Linda, Irwan Lovadi. 2013. Tumbuhan Berkhasiat Obat Suku Dayak Seberuang Di Kawasan Hutan Desa Ensabang Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang. Pontianak : Jurnal Protobiont Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura.
Kumalasari, L O R. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan Keamanan. Jember : Artikel Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. 3 No. 1 Hal. 1-7 Universitas Jember. Dalam Takoy, Damianus, M., Riza Linda, Irwan Lovadi. 2013. Tumbuhan Berkhasiat Obat Suku Dayak Seberuang Di Kawasan Hutan Desa Ensabang Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang. Pontianak : Jurnal Protobiont Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura.
Noorcahyati. 2012. Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan. Balikpapan : Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.
Sapna, Soni., K. Avinash, T. Mukul, Pathak A.K. 2008. Pharmakognosric and Phytochemical Investigation of Stevia rebaudiana. India : Pharmakognosy magazine Vol 4. Truba Institute of Pharmacy. Dalam Sutomo. 2010. Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) Asal Pelaihari Kalimantan Selatan. Banjarbaru : Majalah Sains dan Terapan Kimia Vol. 4 No. 1 Hal. 38-50 Universitas Lambung Mangkurat.
Soetarno, S. & Soediro I. S. 1997. Standarisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak Bahan Obat Tradisional. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Dalam Sutomo. 2010. Kajian Farmakognostik Simplisia Daun Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) Asal Pelaihari Kalimantan Selatan. Banjarbaru : Majalah Sains dan Terapan Kimia Vol. 4 No. 1 Hal. 38-50 Universitas Lambung Mangkurat.
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta : UGM Press
Sukandar E Y. 2006. Tren Dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri Klinik Teknologi Kesehatan. Bandung : ITB. Dalam Kumalasari, L O R. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan Keamanan. Jember : Artikel Majalah Ilmu Kefarmasian Vol. 3 No. 1 Hal. 1-7 Universitas Jember.

Downloads

Published

2016-09-01

How to Cite

Saputra, A. K. (2016). Uji Identifikasi Farmakognostik Tumbuhan Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) asal Kalimantan Tengah: Pharmacognostic Identification Test of Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.) Plants from Central Kalimantan. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Kesehatan, 1(1), 17–26. Retrieved from https://journal.umpr.ac.id/index.php/snik/article/view/1208