Internalisasi Falsafah Rumah Betang Untuk Membentuk Sikap Toleransi

Internalization Of Falsafah Betang Houses To Form A Tolerance Attitude

Authors

  • Roso Sugiyanto Universitas Palangka Raya
  • Abdul Rahman Azahari Universitas Palangka Raya
  • Wawan Kartiwa Universitas Palangka Raya
  • Sapriline Sapriline Universitas Palangka Raya

DOI:

https://doi.org/10.33084/tunas.v5i1.1189

Keywords:

Falsafah Rumah Betang, Sikap Toleransi

Abstract

Rumah betang atau huma betang adalah rumah adat suku Dayak khas Kalimantan Tengah yang terdapat di berbagai daerah Kalimantan Tengah. Rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah dengan panjang bangunan mencapai 150meter dan lebar hingga 30 meter. Nilai-nilai yang terkandung dalam Huma Betang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat dan menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Kalimantan Tengah. Selain berfungsi sebagai rumah adat, Huma Betang memiliki filosofi kehidupan yang sangat dalam dan mendasar bagi masyarakat seperti nilai gotong royong, kebersamaan, toleransi, rukun, dan hidup berdampingan. Gotong royong dan kerukunan sebagai nilai yang mapan dan terpelihara hingga saat ini. Manfaat dari eksistensi dan implementasi falsafah Huma Betang terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, beberapa diantaranya adalah Huma Betang sebagai refleksi kehidupan masyarakat yang toleran (togetherness in diversity). Rekontruksi nilai-nilai huma betang dalam kehidupaan saat ini sangat diperlukan khususnya dalam rangka menyambut wacana pemindahan ibu kota negara Indonesia. Revitalisasi budaya dapat dimulai dari pengangkatan nilai-nilai kearifan lokal, salah satunya dari filosofi rumah adat Huma Betang. Revitalisasi dan implementasi falsafah huma betang dapat dilakukan dengan secara formal dilakukan melalui pembelajaran berbasis etnopedagogik pada mata pelajaran muatan lokal, secara informal dilakukan melalui pola perilaku keteladanan guru. Untuk membentuk karakter siswa yang berasazkan falsafah rumah betang yang baik harus terdapat tiga komponen yaitu moral knowing, (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan tentang moral) dan moral action (perbuatan moral).

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biographies

Roso Sugiyanto, Universitas Palangka Raya

Abdul Rahman Azahari, Universitas Palangka Raya

Wawan Kartiwa, Universitas Palangka Raya

Sapriline Sapriline, Universitas Palangka Raya

References

Athur, James. (2003). Education with character: The moral economy of schooling. London: RoutledgeFalmer
Darmiyati Zuchdi. (2009). Humanisasi pendidikan: Menemukan kembali pendidikan yang manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hasan. 2002. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ibnu Elmi AS Pelua, Jefry Tarantang. 2018. Interkoneksi Nilai-Nilai Huma Betang Kalimantan Tengah dengan Pancasila. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat.
Kirchenbaum, H. (1995). 100 ways to enchance values and morality in two schools and youth setting. Boston: Allyn and Bacon.
Lickona, Thomas. (1991). Educating for character. How our school can teach respect and responsibility. New York: Bantam Books.
Mestika. 2008. Metodo penelitian kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Citra media.
Nucci, Larry P. & Narvaez, Darcia [Eds.]. (2008). Handbook of moral and character education. New York: Routledge.

Downloads

Published

2019-12-27

How to Cite

Sugiyanto, R., Rahman Azahari, A., Kartiwa, W., & Sapriline, S. (2019). Internalisasi Falsafah Rumah Betang Untuk Membentuk Sikap Toleransi: Internalization Of Falsafah Betang Houses To Form A Tolerance Attitude. Tunas: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(1), 36–43. https://doi.org/10.33084/tunas.v5i1.1189